Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Mengenal Kampung Unik "Kaputihan" di Cirebon, Hanya boleh Mendirikan rumah Dengan Bahan Tradisional Saja

Jakarta - Ada pemandangan unik jika kita berkunjung ke Kampung Kaputihan di Desa Kertasari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Seluruh rumah warga di kampung ini masih menggunakan bahan bangunan tradisional hingga sekarang. Saat ini ada 16 rumah warga setempat yang masih terbuat dari bilik bambu dan atap daun. Menurut tokoh setempat bernama Endang Yusuf, keputusan warga Kaputihan membangun rumah dari bilik bambu dan daun bukan disebabkan faktor ekonomi. "Iya jadi ini ceritanya bermula dari zaman dulu banyak warga di sini memang tidak ada yang membangun rumah menggunakan tembok atau sperm karena mempertahankan tradisi masa lalu," terang Endang. Melansir video clip yang diunggah di network Youtube Kanal Koela, berikut alasan dan sejarah warga Kampung Kaputihan tak membangun rumah dengan tembok permanen. Melaksanakan Petuah Leluhur Endang mengatakan jika keputusan warga membangun rumah dengan bilik bambu, kayu, dan atap daun tersebut merupakan upaya

Sejarah Bongkrek, Tempe Khas Banyumas Yang Memicu Keracunan Massal Pada Jaman Belanda

Jakarta - Saat depresi ekonomi melanda pada tahun 1931 hingga 1937, banyak kalangan masyarakat di Hindia Belanda yang tak bisa makan. Hal ini membuat mereka memutar otak untuk membuat makanan alternatif, salah satunya tempe bongkrek. Dikatakan dalam novelAhmad Tohari berjudul Ronggeng Dukuh Paruk, tahun 1982. Tempe bongkrek menjadi nama yang tak asing sebagai makanan khas di wilayah karesidenan Banyumas, Jawa Tengah. Saat itu banyak warga di sana yang mengatasi krisis dengan memproduksi makanan tersebut. Namun saat itu perajin tempe bongkrek hanya membuat dengan cara seadanya, hingga menimbulkan keracunan dan kematian massal. " Per tahun, tempe bongkrek beracun menyebabkan 10-- 12 orang meninggal. Hanya sedikit yang selamat," tulis William Shurtleff dan Akiki Aoyagi dalam Background of Tempeh, a Fermented Soyfood From Indonesiamengutip Youtube Amemoar, Sabtu (17/7). Kematian Diduga Oleh Bakteri Hasil Fermentasi Tempe Bongkrek. Sejak ramainya kasus kematian

Mengenal Siapakah Taliban Itu Dan Mengapa Ingin Menguasai Afghanistan? Berikut Penjelasannya

Jakarta - Belakangan ini Taliban sepertinya bangkit kembali dan menjadi ancaman di Afghanistan ataupun di perbatasan Afghanistan-Pakistan. Muncul pula kekhawatiran bahwa Taliban akan menciptakan ketidakstabilan di wilayah Pakistan barat laut di dekat perbatasan dengan Afghanistan. Di sekitar kawasan tersebut, Taliban melancarkan serangkaian bom bunuh diri. Taliban berdiri sekitar awal 1990-an di wilayah Pakistan utara setelah pasukan Uni Soviet mundur dari Afghanistan. Gerakan ini awalnya didominasi oleh orang-orang Pashtun dan pengaruhnya mulai terasa pada musim gugur 1994. Cikal bakal gerakan ini adalah pesantren dengan sumber dana dari Arab Saudi. Pesantren ini biasanya menganut aliran Sunni garis keras. Janji Taliban di wilayah-wilayah kediaman warga Pashtun, yang tersebar di Pakistan dan Afghanistan, adalah memulihkan perdamaian dan keamanan jika mereka berkuasa. Di kedua negara itu mereka memberlakukan atau mendukung hukum keras, seperti eksekusi di depan umum

Tentara Taliban Bunuh Jubir Pemerintah Afghanistan Saat Sedang Salat Jumat

Jakarta -  Milisi Taliban makin beringas. Mereka membunuh juru bicara Pemerintah Afghanistan Dawa Khan Menapal saat sedang salat Jumat. Di Pemerintahan Afghanistan jabatan resmi Dawa adalah Kepala Pusat Media dan Informasi. Kabar tersebut disampaikan seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri Afghanistan. "Teroris biadab itu membunuh Dawa saat Salat Jumat," kata pejabat tersebut seperti dikutip dari Reuters. Jubir Kemendagri Afghanistan, Mirwais Stanikzai, mengecam keras aksi Taliban. Dia mengatakan, Dawa adalah sosok pejuang di pemerintahan Afghanistan. "Dia adalah pemuda yang berdiri teguh seperti gunung untuk menghadapi publicity musuh, dia selalu menjadi pendukung utama rezim (Pemerintah Afghanistan)," ucap Stanikzai. Kesedihan juga dirasakan pelaksana tugas Dubes Amerika Serikat di Afghanistan, Ross Wilson. Dia mengenang Dawa sebagai sosok yang selalu memberikan informasi sesungguhnya kepada seluruh warga. "Pembunuhan ini adalah suatu yang keji bagi HAM dan